Kamis, 14 Maret 2013

ISLAM SEKEDAR SIMBOL


Assalamualaikum teman sesama pencari,

Sebagai ajaran, Islam memuat aturan-aturan yang bernilai simbolik, namun juga bernilai maknawi. Islam menekankan pada nilai/makna/ hakikat dan mewujudkannya dalam bentuk simbol.

Pengakuan kepada Allah disimbolkan dengan syahadat, ketaatan pada Allah diwujkan dalam bentuk sholat, zakat, puasa, haji, dll.

Ketundukan dan ketaatan pada Allah tanpa diwujudkan dalam simbol menjadi sesat juga. Bohong apabila ketundukan hanya dalam tataran nilai. Rasulullah yang sudah diampuni dan dijamin masuk surga bahkan malah meningkatkan kuantitas simbol ketaatan yaitu berupa sholat malam, puasa, dll.

Masyarakat Indonesia unik, saat ini kita melihat bagaimana masyarakat kita sangat memuja simbol. Apabila kita melihat Quran dibakar, dibanting, diinjak, maka kita rela mati demi membalas perlakuan tersebut. Kebalikannya sebagai nilai Quran diinjak, maka semua orang tenang, prostitusi dianggap biasa, judi, maling dianggap biasa, kaum homoseksual yang sangat dikutuk malah jadi idola.

Umat Islam Indonesia telah meninggalkan nilai, dan suka terlarut dalam perdebatan simbol (fiqih). Banyak anggota masyarakat tertipu oleh oknum berjubah, berjenggot, bersorban, bergelar kemuliaan, namun sesungguhnya menyesatkan. Al-Quran menjadi jimat daripada diamalkan. Bacaan Quran menjadi mantera pengusir setan. Ayat-ayat Allah dijadikan pemanis bibir dalam menjual diri layaknya pelacur. Hari ini setan tertawa melihat kebodohan kita. Demikian pula penjajah menyukai karakter ini, jangan lawan simbol-simbol Islam, lawanlah nilainya dan sehalus mungkin.

Deposito perbankan telah menjadi bagian hidup kita, menumpuk harta dan enggan berbagi telah menjadi penyakit kita. Orang beragama mengejar keutamaan para wali, mengejar karomah, mengejar mukjizat. Pedagang diajari ketamakan, setelah tamak disesatkannya dengan berbagai bentuk kesirikan. Ilmu agama sebagai alat untuk mendekatkan diri pada Allah dimodifikasi untuk memperkaya diri, mencari kemuliaan dimata manusia, kepopuleran, mencaci dan memfitnah saudara sendiri. Poligamipun dibahas dari segi simbol daripada nilai.

Marilah kita seimbangkan ajaran simbolik Islam dengan ajaran nilai dalam Islam. Galilah Al-Quran dan temukan maknanya dalam terjemahan. Seimbangkan membaca Quran simbol dan Quran makna.
Mencari guru bersahaja dan tidak bersimbol lumayan sulit. Hanya kepada Allah kita memohon petunjuk, dan hanya kepada Allah kita memohon bimbingannya. Insya Allah bisa menjadi perenungan.
Seorang pencari makna yang ikhlas dan bersih dari pamrih makhluk akan disambar oleh Sang Rabb ke dalam naungannya.


Wassalam.

Jumat, 08 Maret 2013

MENUMBUHKAN SIKAP MURAQABATULLAH


Seorang Ulama, Al-Harits al-Muhasibi berkata, "Muraqabah adalah pengetahuan hati tentang kedekatan Rabb"

Menghadapi perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara akhir-akhir ini, marilah kita instropeksi ke dalam diri pribadi kita masing-masing, bahwa apa yang marak dalam pemberitaan media ternyata sedikit banyak kita larut dalam permasalahan yg sedang actual tsb. Paling tidak ikut melintas dalam benak pikiran, atau tidak jarang menguras energy untuk membahas dan mendiskusikan isu-isu tersebut. Tidak peduli apakah pada tataran pejabat atau rakyat jelata, kaum aghniya ataupun dhuafa, cendekiawan atau orang awam, semua sibuk membicarakan. Yang memprihatinkan, jika keterlarutan kita menyeret pada pertikaian atau pertengkaran yang dapat merusak tali silaturahiem, hanya karena terjadi perbedaan perspektif dalam mewawas setiap isu yang bergulir. Na’udzubillahi min dzalika.
Oleh karena itu, terkait dengan semakin mujarabnya tuntunan semu (media/tontonan) yang direalisasikan oleh sebagian ummat sebagai panglima dalam melakukan aktivitas social kemasyarakatan, tidak jarang membuat pergeseran budaya, tradisi, perilaku anggota masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini yang sering kita hadapi dan tidak jarang kita terkejut, kaget karenanya.
Hadirin jama’ah jum’at yang berbahagia rohimakumullah,
Lantas bagaimana sebaiknya sebagai seorang muslim bersikap dalam menatap kenyataan ini untuk waktu-waktu selanjutnya?
Marilah pada kesempatan Ibadah jum’at siang hari ini kita mencoba untuk merenungkan sejenak, untuk mengembalikan segala persoalan pd kendali al-Islam sebagaimana Alloh ajarkan.
   
Seorang muslim hendaknya selalu merasakan muroqobatullah (merasa selalu dalam pengawasan Allah) setiap saat. Hendaklah dalam hidupnya penuh dengan keyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala senantiasa melihatnya, mengetahui rahasianya, dan Dia Maha Tahu terhadap segala perbuatannya, bahkan sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.

Sehingga dengan keyakinan seperti itu, maka jiwanya merasa terliputi dalam pengawasan Allah subhanahu wata’ala, dia akan merasa betah berdzikir kepada-Nya, akan senang melaksanakan keta'atan kepada-Nya dan dia pun akan berpaling dari selain-Nya.

Sifat muraqabah merupakan dasar komitmen seorang muslim pada Islam. Sifat muraqabah merupakan sumber kekuatan seorang muslim di saat sendirian dan di tengah keramaian. Jika terlintas dalam pikirannya untuk melakukan maksiat, maka dia akan segera ingat Allah subhanahu wata’ala, bahwa Dia hadir mengawasinya, lalu dengan serta merta dia akan membuang pikiran ke arah maksiat itu sejauh-jauhnya, agar dirinya terhindar dan terbebas dari perbuatan maksiat tersebut dan dia berazzam untuk tidak mendekatinya lagi. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Hadid:4)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Makna ayat ini adalah, bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Mengawasi dan menyaksikan semua perbuatan, kapan saja dan di mana saja kamu melakukannya, di daratan maupun di lautan, pada waktu malam maupun siang hari, di rumah tempat tinggalmu maupun di tempat umum yang terbuka, segala sesuatu ada dalam ilmu-Nya, semuanya dalam penglihatan dan pendengaran-Nya. Dia mendengar apa yang kamu ucapkan dan melihat keberadaanmu, Dia Maha Mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakkan, Allah subhanahu wata’ala berfirman,
أَلَا إِنَّهُمْ يَثْنُونَ صُدُورَهُمْ لِيَسْتَخْفُوا مِنْهُ أَلَا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
"Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad). Ingatlah, diwaktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Dia (Allah) mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka tampakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Hud:5)

Dan juga firman-Nya,
سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ
"Sama saja (bagi Rabb kalian), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.” (QS. Ar-Ra'ad:10)
Sunggguh Tiada Ilah yang hak disembah selain Dia dan tiada Rabb selain Dia. Di dalam shahih Imam Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan makna "Ihsan" tatkala beliau ditanya oleh Jibril ‘alaihissalam tentang hal itu,
"Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka yakinilah bahwa sesungguhnya Dia Maha Melihatmu"

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh seseorang, “Wahai Rasulullah apa itu "tazkiyatun nufus?" Maka dijawab oleh beliau, “(Tazkiyatun nufus itu ialah) hendaklah dia mengetahui (menyadari) bahwa Allah bersamanya di mana pun dia berada". (HR. Thabrani & Baihaqi)

Juga seorang shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam 'Ubadah Bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya keimanan yang paling utama adalah engkau menyadari bahwa Allah bersamamu di mana pun kamu berada". (HR. Thabrani).

Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Sungguh aku mengetahui beberapa kaum dari ummatku yang datang pada hari Kiamat kelak dengan membawa kebaikan-kebaikan seperti gunung Tihamah yang putih, lalu Allah jadikan kebaikan-kebaikannya tersebut seperti debu yang berterbangan, mereka itu adalah saudara-saudaramu, dari jenis kulitmu, dan mereka menjadikan malamnya sebagaimana kalian menjadikannya, akan tetapi mereka kaum yang apabila dalam keadaan sepi mereka melanggar larangan-larangan Allah.” (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
"Suatu perbuatan yang tidak kamu sukai bila manusia melihat perbuatanmu itu, maka janganlah kamu melakukannya apabila kamu berada dalam keadaan sepi". (HR. Ibnu Hibban).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang lain,
"Ada tiga hal yang mencelakakan seseorang dan ada tiga hal yang menyelamatkan seseorang. Tiga hal yang mencelakakan, 1. Kekikiran yang dita'ati, 2. Hawa Nafsu yang diikuti, 3. Kekaguman terhadap diri sendiri. Sedangkan tiga hal yang menyelamatkan, 1. Takut kepada Allah dalam keadaan sepi maupun di tengah keramaian, 2. Seimbang/sederhana menjalani hidup ini baik dalam keadaan fakir maupun kaya, 3. Adil dalam menghukumi baik ketika sedang marah (benci) maupun senang (ridho)". (HR. al-Bazzar)

Imam Ahmad rahimahullah pernah menuturkan, “Jika pada suatu hari engkau sedang sepi dalam kesendirian, maka janganlah engkau mengatakan, "Aku sedang sendirian", tapi katakanlah, "Aku sedang diawasi oleh Dzat Yang Maha Mengawasi". Janganlah sekali-kali engkau mengira bahwa Allah subhanahu wata’ala itu dapat saja berbuat lengah sesaat dan janganlah pula engkau sekali-kali mengira bahwa apa yang kamu sembunyikan itu tersembunyi pula bagi Allah.”

Kiat Menghidupkan Muroqobah dalam Jiwa Seorang Mukmin.

DR. Sayyid Muhammad Nuh dalam Taujih Nabawy, beliau menerangkan dua sarana untuk menghidupkan muroqobah:

Pertama: Memiliki keyakinan yang sempurna bahwa sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui segala yang dirahasiakan dan segala yang nyata, Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَوَاتِ وَفِي الْأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ
"Dia Allah yang disembah di langit dan di bumi, Dia Mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakkan, dan Dia Mengetahui apa yang kamu usahakan" (QS. Al-An'am:3)

Sesungguhnya hakikat muroqobah seperti ini apabila benar-benar terhujam di dalam hati seseorang, maka dia akan benar-benar merasa malu dilihat oleh Allah subhanahu wata’ala jika dia melanggar larangan-Nya atau dia meninggalkan perintah-Nya.

Al-Munawy berkata, “Takut kepada Allah subhanahu wata’ala dalam keadaan seorang diri jauh lebih tinggi daripada takut kepada-Nya dalam keadaan terang-terangan.

Ke dua: Memiliki keyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala akan menghitung dan menghisab segala sesuatu meskipun itu hal-hal yang terkecil. Dia akan memberitahukan hal itu kelak pada hari Kiamat, dan bahkan Dia akan memberikan balasannya sesuai dengan jenis amal perbuatan seseorang, amalan yang jelek akan dibalas dengan 'iqob dan azab-Nya sedangkan amal yang baik akan mendapatkan balasan rahmat dan ridho-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَاوَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
"Dan diletakkanlah al-kitab (buku catatan amal perbuatan), lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan dia catat semuanya; dan mereka mendapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis dihadapan mereka). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun". (QS. Al-Kahfi:49).

Compiled by:
Dari Berbagai Sumber